Jumat, 12 Mei 2017

RAMADHAN SUDAH DEKAT

(H. Irsyad Syafar, Lc, M.Ed)

Kita sudah diambang Ramadhan. Bulan mulia bulan penuh berkah. Hadiah Allah yang sangat agung yang takkan berulang. Bila sudah berlalu, dia takkan pernah kembali. Ramadhan berikutnya adalah makhluk baru.

Apakah hadiah Allah yang berharga ini akan kita biarkan begitu saja? Alangkah meruginya kita. Salah satu doa malaikat yang diaminkan Rasulullah saw saat naik mimbar adalah, "Celakalah orang yang bertemu dengan ramadhan, lalu dia tidak diampuni..." (HR Khuzaimah, Ibnu Hibban, Baihaqi, dishahihkan Albany)

Apakah ramadhan ini datang menghampiri kita, lalu kita tidak punya persiapan? Kita tidak punya target yang jelas? Padahal kita tidak tahu apakah akan bertemu lagi dengan ramadhan berikutnya atau tidak.

Hadiah Ramadhan peluang yang sangat mahal. Setiap mukmin tak akan membiarkan dirinya ketinggalan. Berlomba-lomba dalam kebaikan, berpacu dalam amal shaleh dan mengambil sebanyak mungkin fadhilahnya adalah obsesi seorang mukmin.

Namun, itu semua sangat erat kaitannya dengan apa yang ingin dicapai. Apa target yang hendak diraih setelah Ramadhan berlalu. Kondisi apa yang mau diwujudkan dalam dirinya bila Ramadhan telah usai.

Allah sudah memberikan arahan yang sangat jelas. Target akhir dari ibadah di bulan Ramadhan adalah ketaqwaan. "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang yang bertaqwa". (QS Albaqarah: 183).

Ketaqwaan adalah buah dari seluruh rangkaian ibadah pada bulan Ramadhan. Dan ketaqwaan itu tempatnya di hati. Hati yang bertaqwa adalah hati yang tunduk kepada Allah dalam perintah dan laranganNya. Yaitu hati yang diterangi oleh cahaya keimanan.

Pantulan cahaya keimanan itu terlihat dari perilaku dan perbuatan. Terindikasi secara nyata dalam bentuk keistiqamahan dalam amal shaleh dan kesinambungan dalam kebaikan. Terutama pasca Ramadhan. "Barang siapa yang mengagungkan syiar-syiar Allah, itu pertanda dari ketaqwaan hati...". (QS Alhajj: 32).

Baginda Rasulullah saw pernah menjelaskan indikasi hati yang telah dimasuki cahaya "iman":

إذا دخل النور القلب انفسخ وانشرح قالوا: فما علامة ذلك يا رسول الله؟ قال: الإنابة إلى دار الخلود، والتجافي عن دار الغرور، والاستعداد للموت قبل نزوله

[الترمذي عن عبد الله بن مسعود]

Artinya: "Apabila cahaya (iman) telah masuk ke dalam hati, maka hati itu akan bersih dan bercahaya". Para sahabat bertanya, "Apakah tandanya wahai Rasulullah?". Beliau menjawab, "Berharap ke kampung abadi, menjauh dari kampung yang menipu (dunia) dan bersiap untuk kematian sebelum kedatangannya". (HR Tirmidzi dari Ibnu Mas'ud).

Dengan demikian ada 3 indikator hati yang telah bertaqwa. Artinya lagi, orang yang berhasil mencapai target Ramadhan adalah orang yang memiliki 3 indikator tersebut.

Pertama, hatinya cendrung dan sangat berharap dengan kampung abadi, yaitu kampung akhirat. Sangat menginginkan kebahagiaan disana, berupa kemuliaan balasan Allah dengan sorga yang tinggi.

Ciri-ciri orang yang mengharapkan kemulian akhirat itu antara lain: bersegera dan berlomba dalam berbagai kebaikan, sangat wara' dan hati-hati (terhadap dosa) dan mengedepankan kemaslahatan agama dari pada kemaslahatan dunia disaat keduanya saling bertentangan.

Kedua, dia cendrung menjauh dan mengurangi diri dari kampung dunia yang menipu. Ciri sederhananya antara lain: mengurangi perhatian terhadap kenikmatan dunia, tidak terlalu ngotot untuk memperolehnya, tidak bersedih saat hilang atau berkurang, tidak terlalu bangga dan bahagia saat bertambah, tidak hasad melihat orang lain yang memperolehnya dan tidak berebut bersaing mengumpulkannya untuk dirinya.

Ketiga, indikasinya adalah mempersiapkan diri untuk kematian sebelum ia datang. Ciri-cirinya adalah: menghalalkan dan meminta ridha atas kezhaliman yang pernah dilakukan kepada orang lain, mengembalikan semua hak kepada pemiliknya, menyegerakan istighfar dan taubat atas segala dosa dan menuliskan wasiat kepada keluarga atau karib kerabat.

Tiga indikator ketaqwaan di atas takkan terkumpul dalam diri seseorang bila ramadhannya biasa-biasa saja, ibadahnya hanya rutinitas, amal shalehnya minimalis, pilihanya hanya standar terbawah, apalagi kalau hanya "asal hutang lunas".

Ketaqwaan hanya akan tercapai bila ramadhan diisi dengan amalan istimewa. Istimewa dalam kualitas dan kuantitas. Shalat-shalat wajib mesti terjaga dalam berjamaah di masjid, shalat-shalat sunat qabliyah dan ba'diyah terlaksana secara maksimal, tilawatil quran dengan baik, diiringi dengan tadabbur, berinfaq dan bersedekah, berbagi dan peduli kepada sesama dan lain sebagainya.

Disamping itu, orientasi dalam beribadah juga harus diperbaiki. Saat tilawah Al Quran bukan sekedar sudah berapa kali khatam. Saat tarawih bukan asal selesai dan berapa rakaatnya. Saat berpuasa bukan sekedar menahan haus dan lapar. Saat berinfaq bukan sekedar sudah berinfaq, dan seterusnya. Akan tetapi, semua amalan tersebut dilakukan, sejauh mana hati khusyuk dan tunduk kepada Allah, seberapa besarnya iman dan taqwa kepadaNya bertambah, seperti apa perubahan diri menjadi lebih baik diwujudkan. 

Dan sesuai dengan mulia dan istimewanya target yang hendak dicapai setelah ramadhan, maka persiapan untuk menyambut ramadhan juga harus lebih baik. Rencana-rencana kebaikan harus betul-betul dicanangkan, bahkan bila perlu dituliskan. Dan kemudian pengorbanan serta kesabaran agar terlaksananya rencana tersebut juga harus disiapkan. Sebab, ketaatan dan amal shaleh itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.

"Dan sesungguhnya shalat itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk". (QS Al baqarah: 32)

"Dan suruhlah keluargamu shalat, dan bersabarlah terhadap shalat tersebut...." (QS Thaha: 132)

Wallahu A'laa wa A'lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

SMPIT Ruhul Islam Simeulue kirim 18 Orang untuk Study Tour di Luar Negeri tujuan 2 Negara

Kembali Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu ( SMP IT)  Ruhul Islam Simeulue melakukan program Study Tour ke Luar Negeri baru baru ini.  ...